Selasa, 26 April 2011

Dodo D'Cinnamon bikin pusing

Surabaya, April 2011
Maksud hati kepingin ngumpul-ngumpul bareng teman-teman Pencinta-Wanita regional Surabaya a.k.a Surabaya Lair di Sutos (Surabaya Town Square -red), eh nggak tahunya malah ada penampilan D'Cinnamon. Ya udah, skalian aja menyibak kerumunan massa biar bisa ngumpet di bawah stage.

Group band yang digawangi oleh Diana Widoera alias Dodo (Lead Vocals & Acoustic Guitar), Ismail Bonaventura alias Bona (Acoustic Guitar & Backing Vocal) ini tampil dengan ditemani oleh Yuya sebagai additional bassist karena si Nana (Riana Mayasari) yang telah di rekrut sebagai pemain bass baru mereka ternyata sedang cuti, papar Dodo di sela-sela acara.

Penampilan mereka begitu memukau, hanya saja ada satu hal yang bikin saya pusing. Dodo, tuh ternyata aktif banget. Udah nyanyi sambil main gitar, masih bisa juga muter-muter keliling stage. Asli, nggak bisa diem tuh orang. Bahkan dia sampai turun ke pelataran SUTOS biar bisa berinteraksi langsung dengan penonton serta para fans nya. Gara-gara itu tuh, saya sampai kewalahan untuk mengambil gambarnya.
Tak banyak yang bisa saya ceritakan, karena memang penampilannya LUAR BIASA hingga sulit bagi saya untuk melukiskannya dalam kata-kata. Silakan dinikmati saja beberapa gambar yang ada.





One Night Stand with Lala Karmela

Surabaya, April 2011
Lala Karmela, ketika melihat nama itu disandingkan dengan D'Cinnamon pada event Djarum Black Innovation Award di Surabaya Town Square beberapa saat lalu, saya berpikir kalau EOnya udah gila kali nih ya. Masa opening D'Cinnamon kok dikasih penyanyi Dungdat seh, yang bener aja...! Ternyata setelah dipikir2, ternyata saya yang gila. Bagaimana tidak, bahkan Lala Karmela itu siapa, saya tidak tahu. Ketika salah satu teman bilang kalau Lala itu ya yang duet bareng Nindy dan Terry dalam single Setulus Hati, baru saya ngeh lalu membayangkan dengan semangat bahwa perempuan ini pasti cantik.

Dan benar saja, ketika malam semakin hangat (yang ada kan biasanya malam tuh dingin ya... whatever lah), sesosok perempuan berparas cantik tampil di stage dengan suaranya yang lembut. Oh... no... Jadi pingin ikutan naik ke stage aja neh kalau tahu dia yang tampil. Ternyata wajahnya sudah tidak asing lagi. Pernah wara-wiri di jagad hiburan dalam negeri dengan membintangi beberapa sinetron seperti Senandung Masa Puber, Di Sini Ada Cinta dan Incredible Tales.

Perempuan bernama asli Karmela Mudayatri Herradura Kartodirdjo ini ternyata mengawali langkah pertama dalam dunia tarik suaranya di negara ibunya, Marie Herradura, yaitu di Filipina dan bergabung dengan perusahaan Warner Music Philippines. Buah dari kerja kerasnya selama di Filipina itu, kini Lala dipercaya untuk menyanyikan tembang yang pernah dibawakan oleh Audi yang di rearrange sebagai OST Satu Jam Saja.

Dan... Ini lah beberapa momment penampilan Lala Karmela yang berhasil saya abadikan.






Rabu, 20 April 2011

Creative Outdoor - CITRALAND ft. Andra Satria Bangsawan

Perburuan belum berakhir. Cieeee…  Agenda senin pagi pun dibikin dengan acara ‘sok-sok an’ photosession bareng Adit dan Yolanda.

Hoaaahhhmmmm…. Bangun kesiangan, gara-gara malem setelah foto-foto masih harus ngumpul bareng temen-temen Surabaya Lair. Setelah mandi dan nikmatin sarapan yang udah disiapin sama Nyokapnya Andra, meluncurlah kami ke tempat kost Yolanda.

Salah satu pengalaman yang saya dapatkan pada kesempatan ini adalah “JANGAN PERNAH PERCAYA PADA CEWEK KALAU UNTUK URUSAN NGASIH INSTRUKSI ARAH”
Mendingan kalau nanyain alamat, sekalian aja nanya alamat lengkapnya. Jalan apa, gang apa, nomor berapa, kelurahan mana, kawasan mana. Kalau sampai tuh cewek ngasihin alamatnya dengan instruksi arah pokoknya dari sini trus belok kanan abis itu masuk ke kiri trus puter balik ke arah bla…bla…bla… udah jelas banyak melesetnya tuh. Percaya deh!

Setelah harus putar balik sebanyak tiga kali untuk nemuin kost nya si Yolanda, akhirnya ketemu juga. Tanpa piker panjang, langsung deh meluncur ke kawasan Surabaya Barat, tepatnya di sekitaran Citraland. 

Tidak berhenti sampai disitu. Pada kesempatan yang sama, aku pun hubungin Nurin Silvia, salah satu temanku yang kuliah di jurusan Sastra Jerman, Universitas Negeri Surabaya untuk sekalian ikutan foto-foto bareng disana.  Alamaaaakkkk… Lagi-lagi aku harus muter-muter sampai tiga kali untuk bisa menemukannya. Uggghhh….!!! Capek, tapi asik.

Ini neh serunya jadi fotografer gadungan. Ketika kendaraan kami berhenti di sebuah SPOT yang menarik, kami sudah menduga sebelumnya bahwa kami pasti akan didatangi oleh security. Ya emang bener, baru aja turun dari kendaraan, keluarin kamera kesayangan Canon BuDeSri dan perlengkapannya, security langsung nyamperin. Mampus dah…!!! Gak ada ba-bi-bu, gak bisa tawar-menawar di tempat, kami pun bergegas ke pos untuk ngobrol-ngobrol.

Ya, saya tahu. Dalam dunia fotografi, kita memang tidak diperkenankan untuk sembarangan mengambil gambar bangunan-bangunan yang sudah di patenkan. Jadi kalau mau ngambil gambar di sekitaran situ ya harus ijin dulu.
Tapi karena emang nggak mau ribet, kami pun membungkam mulut pak satpam dengan duit rokok biar kami leluasa mengambil gambar di tempat yang kami inginkan.  Dan ini lah hikmah dari kucing-kucingan dengan security.





Creative Outdoor - SKATE PARK ft. Andra Satria Bangsawan

Januari 2011 aku awali dengan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan plus menegangkan. Sekitar tanggal 9 januari 2011, kalau tidak salah waktu hari minggu,  kebetulan waktu itu emang lagi pingin foto-foto, dan salah satu teman terbaikku, Andra Satria Bangsawan, pemuda gokil yang ngelola salah satu distro di sekitaran Jl. Bali, Surabaya menawarkan diri untuk ‘hunting’ bareng dia. Dia yang siapin voluntary modelnya, dia yang siapin transportasinya, tapi kita sama-sama belum siapin SPOT nya. Whaaatttt…!?!?!?!

Ya sudahlah, akhirnya kami muter-muter di sekitaran Surabaya hingga akhirnya parkir juga di sekitaran Monkasel. Mau ngapain…?!? Sssstttt… belum kelar…! Kendaraan di parkir di sekitaran monkasel, lalu kami jalan kaki hingga nyampe di SKATE PARK. Buseeettt…

Matahari sudah semakin tenggelam dan dengan persiapan yang seadanya, akhirnya keluar juga External Speedlite nya. Gila… Lowlight mampus dah! Adit sama Chacha yang waktu itu mau aja kami suruh-suruh buat pose pun akhirnya sedikit bernafas lega setelah melihat foto-foto dibawah ini.

Adit @ Skatepark
Back Light by Toyota YARIS
Chacha lagi banyak jerawatnya



Creative Outdoor bersama GELAR.

Berawal dari perkenalanku dengan perempuan ini pada pertengahan tahun 2004 ketika kami sama-sama ingin mengadu nasib dengan mengikuti seleksi penerimaan mahasiswa STAN pada waktu itu, dan setelah sekian lama tidak bertemu, bahkan aku sudah hamper lupa ketika salah seorang teman mengajaknya singgah di rumahku, ehm… lebih tepatnya rumah orang tuaku.

Gelar, begitu lah kemudian aku memanggilnya. Meski katanya, orang-orang di sekitar rumahnya biasa memanggilnya Danik. Setelah beberapa aku kali aku memandangnya, menatap setiap lekukan di wajahnya, ternyata dia cantik juga. Dan… bisa lah buat aku jadikan object fotoku selanjutnya. Ya… Itung-itung buat nambahin portfolio creative outdoor lah. Hehehehe…

Tanggal 07 November 2010, aku ‘culik’ dia langsung dari rumahnya, lalu kuarahkan ke salah satu object wisata kebanggaan Nganjuk, AIR MERAMBAT RORO KUNING. Sayang, object wisata yang cantik itu harus menerima kenyataan ketika tiba-tiba tebing di sekitarnya longsor. Sayang sekali…

Perjalanan menuju SPOT cukup melelahkan juga. Dari tempat parkir, kami harus berjalan kaki naik turun gunung (whahahaha… lebay…!) Tapi memang beda rasanya kalau jalan di kota dengan jalan di gunung, tahu sendiri lah. Kalo jalan di daerah pegunungan bisa jadi lebih cepat ngos-ngosan. Hanya saja, perhatian dari banyak mata di samping kiri kanan jalan yang kami lalui cukup untuk mengobati rasa capek kami. Whaaattt…????

Ya, sekedar informasi saja, yang namanya Gelar ini adalah cewek yang lumayan jangkung. Tingginya yang lebih dari 170cm dengan badannya yang ‘tipis’ membuat proporsi tubuhnya menjadi mirip dengan body para model yang kebanyakan tinggi semampai. Ditambah lagi dengan hadirnya SLR di genggaman, ya… jadi berasa seperti fotografer dan model professional yang sedang mengadakan photo session. Hahahaha…!!!


Foto-foto ini saya ambil ketika tepat tengah hari, antara jam 12 sampai jam satu siang. Untung saja cuaca sedang mendung, jadi cukup membantu juga sih. Dengan kisaran shutterspeed 1/250 – 1/150 dan menggunakan ISO 400 – 800, ya… jadinya ya seperti yang bisa Anda saksikan ini.

Jika ada yang ingin memberikan komentar dan kritikan untuk membuat saya menjadi lebih baik, monggo…

Mesin Pemecah Batu

Bebatuan gunung memang terkenal besar dan kuat. Bisa jadi kita tidak pernah tahu bahwa hadirnya batu-batu yang dipakai sebagai campuran bahan bangunan itu tidak terlepas dari cucuran keringat orang-orang seperti yang ada di samping ini.

Ditengah maraknya mesin-mesin pemecah batu otomatis, ternyata masih ada juga orang yang menghabiskan waktunya sebagai ‘mesin pemecah batu tradisional’. Sebuah pekerjaan yang sangat membutuhkan stamina dan daya tahan tubuh yang ekstra. Pekerjaan yang seringkali mengabaikan keselamatan si pekerja sendiri.  Tak jarang, ketika salah perhitungan dalam mengayunkan ‘hammer’ nya, alat tersebut meleset hingga menciderai kakinya. Jika sudah demikian, sang bapak harus beristirahat di rumah untuk menyembuhkan cideranya yang kadang hanya sekedar bengkak, namun tak jarang juga retak.

Hmmm… Beruntunglah kita yang masih diberi kemudahan untuk mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang lebih baik.
(art-de-co - Nov 2010)

SAYA BUKAN ISTRI TERORIS

Teroris, istilah ini semakin populer ya. Sebenarnya apa sih teroris itu…? Dalam kamus besar bahasa Indonesia, teroris artinya orang yang menyebarkan teror. Bukan begitu…?
Namun belakangan ini, makna teroris semakin menyempit. Istilah TERORIS seringkali disandingkan kepada masyarakat MUSLIM MINORITAS yang melakukan aksi-aksi teror dan pengeboman. CMIIW.

Jadi, kata teroris itu makin lekat dan mengarah pada orang-orang Islam, padahal tidak semua orang Islam seperti itu, dan tidak semua TERORIS berasal dari kalangan muslim, betul nggak…? Nah, parahnya lagi, semakin gencarnya berita negatif di banyak media di negeri kita yang berlomba-lomba untuk memperoleh rating, apalagi kalau ada berita tentang peledakan BOM, waduh… girangnya minta ampun tuh pasti. Dampaknya, perempuan-perempuan bercadar itu pun seringkali mendapat cap sebagai ISTRI TERORIS karena memang kebetulan istri-istri para pelaku pengeboman itu bercadar juga.

Huuufffhhh… Beberapa saat setelah saya mengambil foto ini dari Masjid UGM Yogyakarta, saya terdiam lalu bergumam
“Ibu, adek… mudah-mudahan masyarakat di negeri kita ini semakin dewasa dalam menilai sesuatu. Mudah-mudahan mereka tidak mudah termakan issue-issue di media yang semakin gencar memberitakan tentang terorisme. Sehingga orang-orang tak bersalah seperti Anda pun kena getahnya.”
“Ukhti… Semoga saja orang-orang di luar sana bisa lebih bijak, tidak sembarangan menilai bahwa kalian yang mengenakan pakaian yang hampir berseragam dan sedang berkumpul dalam acara-acara kajian guna mendalami  ajaran dan tuntunan Islam itu adalah gerombolan ISTRI TERORIS.”
Saya yakin, Anda sekalian bukan lah istri teroris.

TOWER

BTS atau lebih dikenal dengan tower seluler, keberadaannya makin mudah kita jumpai di negeri kita ini. Mulai di tengah-tengah kota, di desa, hingga ke pelosok-pelosok di seluruh penjuru negeri ini tak lepas dari pembangunan tower-tower ini. Ya… Jika keberadaannya tidak ditertibkan, bukan tidak mungkin jika negeri kita ini akan menjadi negeri sejuta tower. Hehehehe…

Tapi tahukah Anda, jika pembangunan tower-tower ini penuh dengan kecurangan..?!? Ah, sudah menjadi rahasia umum jika negeri kita ini tak akan pernah bisa lepas dari urusan kecurangan-kecurangan seperti itu. Yang dulu teriak-teriak anti korupsi, ketika ada kesempatan, ya jadi koruptor juga. Lembaga-lembaga yang seringkali menolak pembangunan ini-itu, jika jatahnya sudah PAS ya lama-lama akan diam juga. Sudahlah, saya juga tidak munafik. Saya pun pernah jadi KORUPTOR juga kok. Makanya saya tahu sekali ladang-ladang basah yang bisa menjadi tempat mangkal para KORUPTOR.

Ssssstttt… Jika dalam pembangunan satu tower saja, seseorang yang menempati posisi basah tersebut bisa ‘ngembat’ duit puluhan juta rupiah… Kebayang nggak berapa banyak duit yang sudah berhasil masuk kantong pribadi jika kita mengalikannya dengan banyaknya tower yang kita temui dalam perjalanan Jakarta-Surabaya? Ahhhh… Tidaaaakkkk…!!!  Bisa kali ya buat bangun gedung DPR yang baru tuh!

Oh God… Sekarang saya jadi berpikir, jika satu tower seperti itu saja, ada ruang untuk mengKORUP dana puluhan juta rupiah. Bagaimana dengan rencana pembangunan gedung DPR yang menelan dana sekitar 1 trillyun itu ya…?!?!?

Udah ah, saya nggak berani ikut-ikutan ngomong. Daripada tambah salah dan kelihatan bego nya. Hahahaha…!!!

Bertahan

Foto ini saya ambil di sekitaran kampus UGM pada tahun 2010. Kalau ada yang belum tahu, kampusnya UGM tuh di Yogyakarta.  Eh, di Malang juga ada, ding. UGM = Universitas Gajayana Malang (hehehe… kriuk…kriuk…)

TETAP BERTAHAN DI ERA MODERNITAS, itulah sentilan yang saya dapatkan sesaat setelah mendapatkan foto ini.  Ya, benar-benar mencerminkan ciri khas Kota Yogyakarta yang tetap mempertahankan nilai tradisi budaya Jawa di tengah gencarnya penetrasi budaya-budaya modern ke negeri kita.

Bukan hanya itu, foto ini mengingatkan pula pada bapak saya, ketika masih setia dengan motor YAMAHA L2Super  yang dia bawa kemana-mana. Meski saya yakin, kalau untuk beli sepeda motor baru saja bapak pasti bisa, tapi barangkali apa yang dipikirkan oleh pemilik mobil itu sama dengan apa yang bapak saya pikirkan.
“Jika kelak kamu menjadi seorang pengusaha, kamu harus benar-benar bisa memilih dan memilah antara KEINGINAN dan KEBUTUHAN.”

Pemilik mobil sedan itu pasti punya KEINGINAN untuk memliki mobil seperti yang di parkir di sampingnya. Hanya saja kearifan telah membuatnya memutuskan kalau KEBUTUHAN akan mobil baru bisa ditunda, karena mobil yang sudah ada masih bisa difungsikan.  Ya…ya…ya… Dengan demikian, duit yang harusnya dipakai buat beli mobil, kan masih bisa diputer buat yang lain tho… Dan bukan tidak mungkin kalau duit itu bisa menjadi duit yang lebih banyak, sehingga bisa beli mobil yang jauh lebih bagus lagi. Iya kan…!?!?!
Ya… semoga celotehan saya ini bermanfaat.

Senin, 18 April 2011

Canon 75-300mm f/4-5.6 III USM

Untuk urusan telephoto, saya masih mempercayakan pada lensa ini. Maklum, lensa serupa yang memiliki fitur Image Stabilizer (IS) harganya masih belum bisa saya jangkau.

Canon EF 75-300mm ini, meski tidak memiliki kemampuan Image Stabilizer (IS), namun sudah bekerja dengan cukup baik asal kondisinya cukup cahaya .

Dengan maksimal zoom pada 300mm sangat memudahkan kita untuk mengambil objek yang jauh dengan hasil yang cukup memuaskan.

foto dengan menggunakan 75-300mm f/4-5.6 III USM lens.
Pada kondisi minimal zoom(jarak pendek) memang blur di belakang objek tdak terlalu pekat namun jika kita memotret paling tidak pada posisi 100mm keatas perbandingan objek dan blur yang terjadi di belakangnya sangat jelas kelihatan dan hasilnya sangat memuaskan.

Dari sisi ekonomis Lensa ini tergolong murah jika kita bandingkan dengan canon EF 75-300mm(IS) yang harganya bisa tiga kali lipatnya, namun sejauh saya mencoa keduanya hasilnya tidak terlau berbeda, hanya saja putaran lensa dengan image stabilizer saat fokus terasa lebih ringan.
(art-de-co photograph : dari berbagai sumber)

Hunting bareng :COMPAG:

COMPAG, Comunitas Photografi Anjuk Ladang yang mewadahi teman-teman pencinta fotografi, yang ingin belajar bersama, berbagi ilmu plus berbagi pengetahuan tentang alat serta teknik fotografi. Dengan mengusung semboyan "Tidak ada SENIORITAS" maka seluruh anggota, tua-muda semua berkumpul dan belajar bersama.

Foto ini adalah foto pertama saya dari hasil Hunting Bareng COMPAG di Bendungan Waruturi, Gampengrejo, Kediri pada tanggal 26 Desember 2010 lalu. Ayy Jirra, begitulah profile name yang dapat saya temukan dari facebook perempuan cantik yang sekarang menjadi PRAMUGARI pada sebuah maskapai penerbangan di Indonesia.
Parasnya yang ayu, membuat saya betah untuk mengeksplorasi setiap gerak dan setiap ekspresi yang keluar dari dirinya.

Dengan berbekal senjata andalan saya, karena hanya itu yang saya miliki, Canon EOS 1000D serta Canon EF 75-300mm f/4-5.6 III USM Lens, saya bisa mencuri-curi setiap moment dan ekspresi terbaik dari talent.

Minggu, 17 April 2011

Canon EF 50mm f/1.8 II Lens a.k.a “Lensa Robocop”

Untuk yang gemar dengan portraiture fotografi, Lensa Canon EF 50mm f/1.8 II ini layak dijadikan salah satu pilhan. Karena mampu menghasilkan gambar yang baik dengan harga yang terjangkau. Bahkan, termasuk lensa dengan harga paling murah dalam jajaran lensa baru. Banyak fotografer yang merekomendasikan lensa ini bahkan banyak yang bilang kalau ini lensa waib bagi pemilik kamera canon, mungkin karena harga dan kualitas hasil jepretannya yang tidak kalah dengan lensa yang lebih mahal. Lensa ini sangat cocok untuk fotografer pemula (seperti saya) yang baru belajar dan baru memulai petualangannya di dunia fotografi.


Focal Lenght
Lensa ini termasuk kategori prime/fixed lense, artinya lensa ini memiliki focal length yang tetap di 50mm dan tidak bisa diubah. Untuk mengatur komposisi foto, pengguna lensa ini harus “zooming” dengan cara mundur atau maju terhadap objek foto (“zoom by your feet”). Namun, meski memiliki keterbatasan dalam fleksibilitas komposisi , lensa ini, seperti halnya lensa fixed pada umumnya,  mampu memberikan gambar yang lebih tajam dan kontras jika dibandingkan dengan lensa zoom sekelas yang diset pada focal length yang sama 50mm (dengan kondisi bukaan diafragma, dan iso yang sama).

Focal length menengah ini (50mm), cocok digunakan untuk mengambil gambar objek tunggal (1-2 objek berdekatan) pada jarak 1.5-2m untuk memenuhi frame (area foto) dengan komposisi ketat (obyek menempati sebagian besar area foto) dan “bokeh” yang manis (pada aperture tertentu). Dan jarak 3-4m untuk komposisi yang lebih longgar dengan masih mempertahankan keakuratan detail, ketajaman gambar dan background blurnya. Namun tidak menutup kemungkinan untuk bisa mengambil gambar dengan objek yang banyak dan background blur yang minimal, jika keadaan pemotretan dan selera fotografer menghendaki demikian. Namun secara umum lensa ini sangat baik untuk mengambil gambar dengan tema portraiture seperti wajah seseorang atau objek tunggal yang artistik pada jarak 1.5-3m.

Build Body Lensa
Body terbuat dari plastik dengan ukuran panjang 41mm dan berat 130gr. Secara penampilan, lensa ini sepintas cukup meragukan untuk disebut lensa yang “bagus” dan terkesan seperti mainan. Namun seperti itulah kelebihan  lensa fixed, dimana komponen dan mekanisme didalam lensa tersebut lebih sedikit dan sederhana jika dibanding lensa zoom. Sehingga rata-rata lensa fixed memiliki ukuran yang lebih kecil dan ringan jika dibanding lensa zoom.
Bentuknya yang ringkas dan ringan cukup memudahkan untuk dibawa kemanapun saat berkelana berburu objek foto.  Ini adalah salah satu syarat utama lensa fixed untuk bisa disukai penggunanya, ukurannya harus ringan dan mudah dibawa, karena sifat lensanya yang fixed, hanya cocok untuk kondisi pemotretan tertentu saja, sehingga sering dijadikan lensa pendamping setelah lensa zoom yang lebih fleksibel untuk berbagai situasi pemotretan. Jadi ukuran dan beratnya lebih disukai jika dia ringkas dan ringan. Body yang terbuat dari plastik juga dikatakan banyak kalangan membutuhkan extra care saat disimpan, dibawa dan dipergunakan. Hal ini ada benarnya, namun hal ini tentunya juga berlaku untuk seluruh peralatan fotografi, baik yang terbuat dari plastik ataupun logam.
Autofokusnya menggunakan micro motor, sehingga garakannya “cepat” dan tidak semulus gerakan motor Ultrasonic. Bunyi motor saat beroperasi cukup keras, dan disebutkan beberapa kalangan seperti suara engsel robot, sehingga ada pula yang menyebutnya lensa Robocop karena ke khasan bunyi motornya saat beroperasi.
Lensa ini belum memililki  fasilitas Image Stabilizer pada bodynya. Sehingga memerlukan kestabilan dan posisi memegang yang baik pada saat memotret. Tapi bisa diminimalisir dengan aperturenya yang besar, sehingga waktu pengambilan gambar bisa dipersingkat untuk menghindari blur yang tidak diinginkan.
 
 foto-foto yang saya ambil dengan lensa 50mm f/1.8 II

Aperture
Seperti disebutkan sebelumnya, lensa ini memiliki aperture (bukaan diafragma) yang besar. Maksimum aperturenya di f/1.8. Bukaan sebesar ini bisa dikatakan cukup lebar. Berguna untuk menyinari plat sensor/film dengan waktu yang relatif singkat. Semakin besar bukaan diafragma, semakin banyak pula cahaya yang bisa dikumpulkan/dilewatkan oleh lensa dalam suatu waktu tertentu. Sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengambil gambar dengan cahaya yang cukup juga semakin singkat. Oleh karena itu lensa ini dikategorikan lensa yang “cepat” dalam hal mengumpulkan cahaya. Bukaan yang lebar atau kecepatan yang besar ini berguna pada situasi pemotretan pada tingkat cahaya yang remang atau night shoot, dimana kemungkinan terjadi blur akibat getaran tangan semakin tinggi.
(art-de-co photograph :  dari berbagai sumber)